banner

Monday, March 28, 2011

Bedah Rumah Membawa Sengsara




Program bedah rumah yang menjadi andalan Pemerintah Kabupaten Deliserdang, kini justru membawa kesengsaraan warga penerima bantuan.

Bukannya merasa aman dan nyaman, mereka yang rumahnya dibeda malah sulit tidur, karena terlilit hutang untuk menambah biaya bedah rumah. Program yang dilahirkan Pemkab Deliserdang melalui konsep Gerakan Deli Serdang Membangun (GDSM), dan mengandalkan tiga pilar yakni kekuatan pemerintah, kerjasama dengan pihak swasta dan dukungan masyarakat, ternyata menjadi  beban berat bagi warga penerima bantuan.

Seperti dialami Fergianto (33) dan keluarganya,
warga Lingkungan I B Desa Sidourip Kecamatan Beringin Deli Serdang, yang mengaku makin susah setelah terdaftar sebagai salah satu penerima bedah rumah. Karena bahan material yang diberikan pemerintah untuk membangun rumah Tipe 36 itu  tidak mencukupi, sehingga mereka terpaksa mencari hutangan kepada tetangga dan sanak saudaranya untuk membeli bahan material  berupa semen,kayu,besi dan lainnya.

Bukan itu saja,suami Endang (30) ini mengaku untuk membuat surat tanahnya, dia harus mengeluarkan uang sebesar Rp 1 juta ,lain lagi untuk biaya KTP dan Kartu Keluarga. Bahkan dirinya juga harus memberi upah tukang (kenek-red). Sebelumnya kelurga kurang mampu ini, menyatakan walau rumahnya berdindingkan tepas (bambu) dan beratapkan rumbia (nipah), mereka merasa nyaman tinggal didalamnya dan bisa tidur nyenyak. 

Tetapi setelah rumahnya dibedah, mereka malah bertambah susah memikirkan hutang. "Rumahku dibedah,tapi bikin kami tambah susah mikirkan hutang," cetus Endang.
 
Dikisahkannya, bedah rumah milik mereka bermula, saat perangkat desa yang memberitahu bahwa mereka menjadi salah  satu keluarga yang rumahnya masuk daftar program bedah rumah. Diperkirakan biaya untuk satu unit rumah mencapai Rp 30 juta . Namun sebagai persyaratan  ,penerima bedah rumah harus memiliki lahan sendiri dibuktikan dengan surat tanah (SKT).

Sedangkan, untuk mengurus SKT warga harus mengeluarkan dana Rp 1 juta. Merasa hanya dengan mengeluarkan uang satu juta rupiah pengurusan SKT agar rumahnya bisa dibedah, keluarga muda ini mengupayakan meminjam dari tetangganya. "Kades bolak balik datang kemari minta uang untuk ngurus surat tanah ini  ya akhirnya kami kasih setelah mendapat pinjaman tetangga," tutur Fegi.

Menurut Febi, uang satu juta sudah terlalu memberatkan hanya untuk menerbitkan SKT  miliknya. Nyatanya beban mereka semakin  berat,menanggung biaya bahan material bangunan dan  upah pekerja. "Kalau tau gini ,kami gak mau rumah kami dibedah," bilangnya.


Sumber: DNAberita.com

0 comments:

Post a Comment